Tugas Kuliah: Sastra 3 Kelompok 4 | Konsonan Alofon

Tugas Kuliah : Konsonan Alofon

Kelompok 4:

Alfina Rizqi Ardila (123211002)

Futiha Alambarra Amaan A. (123211017)

Isna Iniyati (123211018)

Rendra Catur Gutama (123211037)

Konsonan Alofon

 Sebelum kita membahas lebih jauh, kita perlu membahas beberapa definisi.

Yang perlu kita perhatikan adalah fonem yaitu unit terkecil dalam bunyi bahasa pada bahasa tertentu yang dihasilkan organ speech manusia. Banyak versi yang berbeda dari jenis suara tersebut, kita dapat mendeskripsikan sebagai fone (phone) yaitu sebuah bunyi tunggal. Setiap fonem mungkin memiliki bunyi yang berbeda tergantung pada konteks di mana ia ditemukan. Sedangkan yang kita bahas dalam pembahasan ini adalah alofon, yaitu hasil variasi bunyi dari satu fonem menurut lingkungan distribusinya. Contohnya, dalam bahasa inggris suara /k/ memiliki dua pengucapan yang berbeda yaitu belakang langit-langit [k] di kata cupboard dan langit-langit [c] di kata kitchen. Bunyi [k] dan [c] inilah yang kita sebut dengan alofon.

Kita dapat melihat bahwa alofon-alofon suatu fonem merupakan bunyi-bunyi yang hampir sama secara artikulatoris. Kita dapat mengatakan bahwa alofon-alofon suatu fonem memperlihatkan kemiripan fonetis. Simbol yang mewakili fonem ditulis dengan tanda garis miring bukan tanda kurung. Jadi, dalam bahasa Inggris, kita akan memiliki satu fonem berlabel /k/, dengan alofon berlabel [k] dan [c]. Untuk mengetahui suara yang dianggap oleh penutur asli (native speaker) sebagai suara yang sama dan yang suara yang khas yang dihasilkan satu sama lain, caranya adalah melihat di mana suara ini terjadi dalam suatu bahasa (dimana suara itu dihasilkan). 

Dalam bab sebelumnya yang membahas tentang konsonan, telah dijelasakan perbedaan tempat dan cara pengucapan tiap-tiap konsonan. Dalam bab ini, akan dibahas lebih lanjut tentang permasalahan baru yang timbul antara konsonan dan vokal. Para peneliti ilmu bahasa (phonologis) menggunakan tiga ciri untuk menentukan perbedaan kelas antara keduanya, yang dikenal sebagai kelas besar, yakni:

1) [±syllabic], digunakan untuk menentukan mana yang termasuk bunyi inti dari suku kata dan mana yang merupakan pinggiran atau bantuan. [+syllabic] yaitu bunyi inti dari suku kata, yang bisa berdiri sendiri tanpa adanya tambahan. [-syllabic] yaitu bunyi tambahan atau bantuan dari suku kata, yang harus mengikuti inti dari suku kata itu. Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa vokal merupakan [+syllabic], sedangkan konsonan merupakan [-syllabic]. Namun dalam suatu keadaan tertentu konsonan (nasal dan approximan) bisa menjadi [+syllabic]. Misalnya, pada kata “button” pada suku kata kedua merupakan suku kata yang dihasilkan dari gabungan dua bunyi konsonan meskipun dalam penulisannya terdapat huruf vokal.

2) [±consonantal], membedakan [+consonantal] yaitu suara yang dihasilkan disebabkan oleh udara yang akan keluar terhalangi di oral cavity, meliputi oral stop, fricative, nasal, dan liquid; dan [-consonantal] yaitu suara yang dihasilkan dari udara yang keluar bebas, meliputi glide dan vokal.

3) [±soronant], membedakan nasal, vowel, dan semua approximant dari stop dan frikative; karena pembentuk soronant dikarakteristikan sebagai voiced. Maka dari itu stop dan frikative merupakan [-soronant]. 

Dari pengenalan kelas besar diatas telah menyelesaikan beberapa masalah perbedaan antara vokal dan konsonan yang ditinjau dari cara pengucapannya. Namun, kita belum bisa membedakan antara stop dari frikative atau affricative. Maka selanjutnya akan dibahas mengenai perbedaannya dengan melihat dari dua ciri, yakni:

1) [±continuant], yang akan memisahkan oral dan nasal stop. [-continuant] bunyi yang dihasilkan dari udara yang terhenti di sistem bicara/mulut (oral tract), sedangkan [+continuant] bunyi yang dihasilkan dari udara yang terus melaju sepanjang oral.

2) [±delayed release], meliputi pembahasan perbedaan antara stop, fricative dan affricative. Affricative dapat dikelaskan ke bagian oral plosive; tetapi pengucapannya berhenti dengan sempurna, dan dilepaskan secara lebih berangsur-angsur daripada yang lain, maka affricative dimasukan dalam tingkatan fricative. Affricative bisa didiskripsikan sebagai [+delayed release], dan stop [-delayed release].

Setelah selesai dengan cara pengucapannya, selanjutnya akan dibahas melalu tempat pengucapan bunyi. Masalah yang timbul yakni kita harus mengerti tempat pengucapan tiap-tiap individu konsonan setelahnya (posisi bunyi diakhir), karena tidak semua konsonan selalu sesuai dengan aturan yang selalu sama jalannya. Didasarkan atas masalah diatas yang menyebabkan terjadinya perubahan tempat pengucapan, maka untuk mengatasinya para peneliti bahasa menemukan solusi yang tepat untuk mengklasifisikannya dengan dua bunyi [±coronal] dan [±anterior].

1) [+anterior]bunyi dimana pengucapan pasif adalah alveolar ridge atau lebih jauh kedepan; meliputi labial, labio-dental, dental dan bunyi alveolar. 

2) [-anterior], bunyi yang dihasilkan lebih jauh di belakang di vokal tract; meliputi postalveolar, palatal, velar dan bunyi glottal.

3) [+coronal], bunyi dimana pengucapan aktif adalah ujung atau lidah depan; meliputi dental, alveolar, postalveolar dan palatal.

4) [-coronal], berbanding terbalik dengan [+coronal] yakni tidak meliputi bagian lidah depan; meliputi labial, labio-dental, labial-velar, velar dan glottal.

Setelah membahas tentang beberapa kategori dari bunyi, kita akan mempelajari tentang natural classes yaitu grup dalam suatu fonem yang mempunyai peran yang sama dalam suatu konteks. Sebagai contoh pelafalan konsonan letupan tak bersuara dalam bahasa Inggris pada awal kata didepan vokal yang bertekanan, konsonan-konsonan tersebut dilafalkan dengan tambahan hembusan udara yang disebut aspirasi.

Contohnya :  Tone         /təʊn/ →[th]

                      Can           /kæn/ → [kh]

Aspirasi  tersebut tidak ada bila letupan tidak bersuara itu terdapat langsung sesudah /s/

Contohnya :  Stone        /stəʊn/

                      Scan         /skæn/

Lain lagi lafal kedua konsonan (t dan c) ketika ada pada akhir kata atau pada akhir suku kata. Pada posisi ini keduanya diucapkan dengan lafal yang disebut “tidak diletupkan”.

Contohnya :   Rat           /ræt/

                       Rack        /ræk/

Catatan: bunyi pada alofon tidak selalu berdasarkan aturan-aturan yang sudah ada, melainkan tergantung pada lingkungan distribusinya. 

Related Articles: