KELOMPOK 2 KELAS 7B
AYU ARWANTI
DEVI NOVITA KURNIAWATI
DYAH SUSMAWATI
LAILATUL ROHMALIA
DWI YULIYANTI
CAHYA KHOIRUL IRSYAD
BAB 3 DIMENSI MAKNA
Apapun makna dalam sebuah bahasa itu merupakan ungkapan kebahasaan. Ungkapan kebahasaan itu bisa dalam bentuk berbagai macam. Kita mengenal adanya 3 unit makna: morphem ( yang kurang dari satu kata), leksem (kira-kira, kata atau idiom, dan kalimat. Pada bab ini kita mengenal adanya perbedaan antara leksem, yang memiliki makna kata yang berhubungan dengan luar bahasa, dan kata fungsi, yang memberiakn makna secara gramatikal terhadap ujaran. Sebuah leksem bisa tediri dari satu atau lebih unit makna, di sebut morfem, dan kita membahas perbedaan macam-macam morfem.setiap leksem merupakan sebuah gabungan dari kata asal dan arti. Secara umum kita dapat mengenal tiga aspek dari arti di dalam leksem; hubungan dengan fenomena di luar bahasa, hubungan dengan perilaku orang dan perasaan dan hubungan dengan leksem yang lain. Dua leksem yang memiliki bentuk sama( pengucapan, penulisan) adalah homonim; sebuah leksem sederhana dengan makna yang luas di sebut polisemi ; tetapi tidak selalu mudah dalam memutuskan jika ternyata perbedaan makna dari satu bentuk mewakili berbagai makna yang termasuk leksem sedrehana atau makna dari leksem yang berbeda-beda, yang di sebbut homonim.
3.1 Referensi dan Denotasi
Dalam setiap bahasa da kata seperti like, run, red yang hampir memiliki hubungan khusus terhadap objek dan peristiwa dan pemaparan mengenai suatu hal yang berada di sekitar kita. Anak-anak mempelajari bahasa pertama mereka dengan belajar kata di dalam kelompoknya dengan mengamati situasi dan kejadian di sekitarnya. Fakta seperti ini dapat menimbulkan suatu ide paling sederhana mengenani apa itu ‘makna’. Kita sering berpikir bahwa sebuah bahasa terdiri dari banyaknya jumlah kata dan tiap katanya memiliki hubungan langsung dengan sesuatu di luar bahasa, yang dinamakan makna. Oleh karena itu, jika kita berkomunikasi satu dengan yang lain melalui bahasa, itu berarti kita harus memiliki pokok pikiran yang sama atau konsep yang memiliki hubungan satu sama lain. Elaborasi yang diketahui paling terbaik dari ulasan ini telah di buat oleh Ogden dan Richard(1923), yang mengembangkan teori mentalistik tentang makna, mencoba untuk menjelaskan apa yang ada dalam pikiran orang. Seperti pada penelitian sekitar skema ini: Konsep Kata Objek Ogden dan Richard menyebutkan bahwa garis antara kata dan konsep merupakan suatu hubungan, dan garis antara konsep dengan objek ‘referansi’, dan garis antara objek dengan kata ‘makna’.
Ketika kita mendengar atau membaca sebuah kata, kita sering menggambarkan apa yang kata itu gambarkan, dan kita juga sering menyamakan ‘konsep’ dengan gambaran kita. Untuk menyakinkan, lebih mudahnya bentuk sebuah gambaran dari beberapa kata, sebagai contoh kata dog and door – kata lain seperti ORDINARY, atau PROBLEM, atau PRETEND. Tapi pemikiran dari gambaran seperti ini menggaburkan makna. Apa yang akamu gambarkan dari kata pintu? Pintu putar? Pintu lipat? Pintu geser, yang bergerak horisontal? Pintu yang` naik turun yang bergerak vertikal? Pintu dengan engsel ? apakah itu di dinding, atau almari, atau pada bagian mobil? Apa yang kamu gambarkan berkaitan dengan kata anjing apakah anjing dari St Bernard atau dari Peking, sejenis anjing mongrel atau seorang seteer dari Irlandia? Kamu bisa menggambarkan semua ini secara urut dan bukan secara bersamaan. Jelasnya makna kata dari kata pintu atu anjing lebih dari apa yang termasuk dalam suatu gambaran sederhana, dan pengetahuan mengenai kata-kata ini jauh lebih dari kemampuan untuk menghubungkan kata-kata tersebut dengan objek tunggal. Kamu dapat menggunaan kata-kata ini dengan baik dalam situasi yang berbeda-beda karena kamu memiliki pengetahuan yang menjadikan kemungkinan-kemungkinan seperti ini.
Sama seperti kita membedakan antara ujarandan kalimat, kita perlu mencari perbedaan antara referensi dan denotasi . Referensi adalah hubungan antara ungkapan bahasa seperti pintu ini , kedua pintu , anjing , anjing lain dan apa pun yang berkaitan dengan penggunaan bahasa dalam situasi tertentu , termasuk apa yang si penutur gambarkan. Denotation adalah potensi kata seperti kata pintu atau kata anjing untuk masuk ke dalam ekspresi bahasa seperti itu . Referensi adalah cara penutur dan pendengar menggunakan ekspresi dengan baik , denotasi adalah pengetahuan yang di miliki yang membuat mereka berhasil dalam penggunaan suatu bahasa.
Kesalahan dengan teori mentalistik makna ini, pertama, bahwa tidak semua kata dapat dikaitkan dengan pencitraan atau gambaran dan beberapa kata memiliki berbagai makna lebih besar dari setiap asosiasi tunggalnya. Masalah yang lebih besar dengan teori mentalistik adalah bahwa kita tidak memiliki akses terhadap pikiran orang lain. Bagaimana kita bisa tahu kalau kita semua ini memiliki pola gambaran yang sama? Jika semantik adalah ilmu, maka tidak dapat beroperasi secara ilmiah dengan memulai hal-hal yang tidak bisa diamati dan tidak sebanding .
Selain itu, kata-kata bukanlah unit dari semantik . Makna yang di ungkapkan oleh unit yang mungkin lebih kecil daripada kata-kata , morfem , ( lihat di bawah , bagian3.4 ) dan makna yang di ungkapkan dalam unit kalimat yang lebih besar dari kata-kata . Kalimat the dog bit a man dan the man bit a dog, penggunaan contoh lama, mengandung kata-kata yang sama tetapi mereka tidak mengungkapkan arti yang sama .
Selanjutnya, makna selain denotasi . Orang tidak hanya berbicara dan menulis untuk menggambarkan hal-hal dan kejadian-kejadian serta karakteristik , mereka juga mengungkapkan pendapat mereka, menguntungkan atau tidak. Bahasa melengkapi sarana untuk mengekspresikan berbagai macam sikap, aspek dari makna ini disebut makna konotasi. Aspek lainnya adalah hubungan akal, makna dari berbagai ungkapan melalui konteks, yang mana ungkapan lain berhubungan dan berkebalikan.
3.2 Konotasi
Dari penjelasan yang ada di dalam buku Introducing English Semantics maka dapat kita simpulkan bahwa konotasi adalah suatu asosiasi yang bersifat emosional yang ditimbulkan oleh sebuah kata. Sebuah konotasi itu dapat berubah sesuai dengan pengalaman individu.
Agar lebih jelas kita beri contohnya:
Kata bunga selain bermakna denotatif bagian tumbuhan bakal buah‘, juga akibat asosiasi terhadap barang lain memiliki makna sampingan (konotatif) seperti tampak pada contoh berikut.
1. Dialah bunga idamanku seorang (= kekasih).
2. Di mana ada bunga berkembang, ke sanalah banyak kumbang datang (= gadis).
Makna kata bunga di atas berubah karena dipergunakan dalam konteks kalimat. Oleh karena makna sebuah kata sering tergantung pada konteks kalimat, makna ini sering juga disebut makna kontekstual. Makna kontekstual muncul akibat hubungan ujaran dan situasi pemakainya. Makna kata buaya berubah karena dipakai dalam konteks yang berbeda.
Misalnya:
1. Buaya termasuk binatang ampibi.
2. Dasar buaya, uangku dicopetnya juga.
3.3 Sense Relations
Setelah mempelajari tentang denotasi dan konotasi maka selanjutnya kita mempelajari tentang sense relations. Sense Relations merupakan ilmu yang lebih lengkap tentang bagaimana jika sebuah lexeme bergabung dengan lexeme yang lain. Sense relations bisa juga diartikan : makna kata berdasarkan kaitannya dengan kata lain. Contoh :
• Kata good dalam kalimat He is a good boy, bermakna; not spoiled, being positive, noble, dan lain-lain
• Kata beautiful dalam kalimat She is a beautiful woman bermakna; attractive, having beauty, dan lain-lain
• Kata pandai dalam kalimat Amir cukup pandai, bermakna; tidak bodoh, pintar dan lain-lain
Ada dua macam hubungan kata yaitu hubungan sintagmatik dan hubungan paradigmatik. Hubungan sintagmatik merujuk pada hubungan antara unsur bahasa (kata dengan kata lainnya) dalam satu unsur yang sama, misalnya kalimat.
Contoh: kata happy dapat berhubungan secara sintagmatik dengan kata lain misalnya student dalam kalimat He is a happy student. Kata beautiful dapat berhubungan dengan kata girl dalam kalimat She is a beautiful girl.
Sementara hubungan paradigmatik merujuk kepada hubungan (makna) antara satu kata dengan kata lainnya yang dapat dipertukarkan.
Contoh: kata happy berhubungan secara paradigmatik (saling dapat dipertukarkan) dengan kata seperti glad, pleased, dan lain-lain
Kata rich berhubungan secara paradigmatik dengan wealthy, prosperous, dll.
3.4 Makna Lexical dan grammatical
Seekor Anjing menggonggong
Diatas merupakan kalimat yang penuh dengan makna yang tersusun atas bagian bagian terpenting. Salah satu bagian yang lebih kecil adalah frase a dog (seekor anjing) yang merujuk ke hewan yang pasti. Kita menyebut frase ini adalah ekspresi rujukan. Sebuah ekspresi rujukan adalah bagian bahasa yang digunakan SEAKAN terkait dengan sesuatu di luar bahasa, beberapa kesatuan hidup atau mati atau konsep atau kelompok kesatuan atau konsep. Sebagian bab berikutnya tentang ekspresi rujukan. Sebuah kesatuan ekspresi rujukan yang dihubungkan adalah rujukan nya.
Bagian yang bermakna lainnnya adalah kata kerja bark (menggonggong), yang juga dikaitkan dengan sesuatu yang ada di luar bahasa, suatu aktivitas yang terkait, di sini, dengan ekspresi rujukan seekor anjing. Kita menyebut bagian bermakna ini (bark) adalah predikat. Penggunaan bahasa biasanya melibatkan penamaan atau merujuk pada beberapa kesatuan dan perkataan, atau sebutan, sesuatu tentang sebuah kesatuan.
Kalimat ini juga memiliki beberapa jenis makna gramatikal atau tata bahasa. Setiap bahasa memiliki sistem grammatikal dan tiap bahasa yang berbeda memiliki sistem gramatikal yang berbeda pula. Kita dapat menjelaskan apa makna gramatikal dengan menunjukkan kalimat Seekor anjing mengonggong berbeda dengan kalimat lain yang memiliki persamaan, atau kemiripan, ekspresi rujukan dan predikat yang sama. System tata bahasa bahasa inggris memungkinkan ekspresi sebuah makna seperti ini:
Pernyataan vs pertanyaan:
Seekor anjing menggonggong Apakah seekor anjing menggonggong?
Setuju vs tidak setuju:
Seekor anjing menggonggong. Seekor anjing tidak menggonggong. Tidak ada anjing menggonggong
Lampau vs sekarang
Seekor anjing menggonggong (ed) Seekor anjing menggonggong (s)
Tunggal vs jamak
Seekor anjing menggonggong Beberapa anjing menggonggong
Tidak tentu vs pasti Seekor anjing menggonggong (A) Seekor anjing menggonggong (THE) Makna gramatikal atau tata bahasa, kemudian, disajikan dalam berbagai cara: susunan-susunan kata (ekspresi rujukan sebelum predikat atau kata kerja, misalnya), dengan imbuhan gramatikal seperti-s melekat pada kata benda dog (anjing) dan-ed melekat pada kata kerja bark(menggonggong), dan dengan kata gramatikal, atau kata-kata fungsi, seperti yang digambarkan dalam kalimat-kalimat ini: do(dalam bentuk did), not, some, dan the.
Kembali lagi ke dog (anjing) dan bark (menggonggong). Maknanya tidak gramatikal tetapi leksikal, dengan asosiasi di luar bahasa. Itu semua adalah leksem. Leksem adalah satuan minimal yang dapat mengambil bagian dalam merujuk atau predicating. Semua leksem dari bahasa merupakan leksikon atau kosa kata bahasa, dan semua leksem yang kalian tahu menyusun leksikon diri kalian.
Istilah 'leksem' diusulkan oleh Lyons (1977:18-25) untuk menghindari kompleksitas yang terkait dengan kata tidak jelas 'kata'. Mempertimbangkan bentuk-bentuk:
(a) go, going, went, gone
(b) put up with, kick the bucket, dog in the manager
Berapa banyak kata-kata yang ada dalam kelompok (a)? Empat atau satu? Ada empat bentuk dan tiap bentuk memiliki empat arti yang berbeda, tetapi mereka memiliki makna sama, yang leksikal, dan makna lain yang bersifat gramatikal ditambahkan ke makna leksikal. Kita mengatakan bahwa empat bentuk merupakan salah satu leksem ---- yang, sebaiknya kita sebut sebagai go (pergi).
Group (b) menyajikan jenis berbeda dari masalah. Ekspresi put up with dengan menggabungkan bentuk dari put dan up dan with, tetapi maknanya tidak gabungan dari makna masing-masing. Oleh karena itu put up with, dalam artian 'endure', 'tolerate,' adalah leksem tunggal. Sama halnya yang harus benar dari kick the bucket berarti 'die' dan dog in the manger ketika merujuk kepada seseorang yang tidak akan membiarkan orang lain membagikan apa yang ia punya, meskipun dia tidak menggunakannya sendiri.
3.5 Morphemes
Morpheme yaitu komponen terkecil dari makna yang paling spesific.
Morpheme dibagi menjadi 2 yaitu:
1. A Free morphemes yaitu: satu kata yang bisa berdiri sendiri.
2. A Bound morphemes yaitu: kata yang biasanya di ikuti awalan dan akhitan seperti, un, ist dan ade dsb.
3. A zero morpheme yaitu: kata penanda jamak (allomorph) tanpa di ikuti konten phonemic contohnya deer dan sheep.
Contoh beberapa kata yang telah disebutkan seperti: chair, happy, guitar, lemon, shoe, dan horn. Beberapa kata yang di sebutkan termasuk free morphemes karena hanya memiliki satu kata dan setiap kata bisa berdiri sendiri.
Jika kata-kata seperti: chair, happy, guitar, lemon, shoe, dan horn jika di tambah akhiran dan awalan un, ist dan ade akan mempunyai makna yang dapat nyambung menjadi satu kalimat.
3.6 Homonim dan Polisemi
Lexeme adalah gabungan dari makna dan bentuk dalam sebuah kalimat. menentukan bentuk dari sebuah kalimat lebih mudah jika dibanding menentukan makna dari sebuah kalimat. dalam Homonim, pengucapan dan ejaan yang identik sama namun memiliki ari atau makna yang berbeda. seperti dalam kata bank' dalam bhs inggris diartikan lembagga keuangan dan bank' juga bisa di artikan sebagai tepi sungai. contoh lain dalam kata steak' dan stake, pengucapan kata tsb identik (sama), namun penejaannya berbeda. hal itu menyatakan bahwa kat2 tsb berbeda dlm bentuk fonologinya. Dalam bhs inggris juga terdapat Homograph, yaitu 2 kata yang memiliki pengucapan yg berbeda tetapi ejaan sama.
Hal tersebut diatas masih menjadi perdebatan antara ahli lexial dan juga ahli semantik, apakah kata yang memiliki berbagai makna termasuk polisemi dan juga homonim. lexeme polisemous memiliki bebereapa makna yang berkaitan. sebbagai contoh kata "kepala", memiliki makna yang terkait, misalnya, kepala orang, kepala sebuah perusahaan, kepala sisi tempat tidur dan lain2. Pemakaian kata kepala pada ketiga konteks pemakaian tersebut tidaklah menimbulkan makna yang sama sekali baru. Makna-makna tersebut masih memiliki satu kesamaan. Makna kepala dalam hal ini merupakan ’bagian yang memiliki kedudukan yang sangat penting’. kata lain yang menunjukan polisemi dan juga homonim adalah "pupil", memiliki dua makna yang berbeda, yaitu bisa bermakna murid dan juga bagian dari mata.
perbedaan dalam homonim dan polisemi tidaklah mudah untuk dijelaskan. untuk membedakan antara Homonim dan Polisemi: Menetapkan kata itu berdasarkan etimologi atau pertalian historisnya, Dengan mengetahui prinsip perluasan makna dari suatu makna dasar, salah satunya adalah metafora, Makna-makna yang ada dalam polisemi meskipun berbeda tetapi dapat dilacak secara etimologi dan semantik, bahwa makna-makna itu masih mempunyai hubungan. Makna-makna dalam dua bentuk homonim tidak mempunyai hubungan sama sekali. dapat di tambahkan sebagai simpulan bahwa Homonim dapat di artikan sebagai kata-kata yang bentuk dan cara pelafalannya sama, tetapi memiliki makna yang berbeda. Polisemi berarti suatu kata yang memiliki banyak makna.
3.7 Lexical ambiguity
Lexical ambiguity dapat dihasilkan saat terjadi homonym dalam posisi pengucapan yang sama. Meskipun tentu saja ambigu tak secara terus menerus terjadi dalam sebuah tulisan atau pembicaraan. Contoh dari lexical ambiguity adalah kalimat “I was on my way to the bank”. Kalimat ini berarti proses seseorang menuju tempat dimana ia menabung atau mengambil uang. Di satu sisi, atau di sisi lain, kalimat ini juga bisa berarti seseorang akan memancing atau berlayar. Cukup sering homonim termasuk dalam katagori lexical yang bebeda dan oleh karenanya homonym tak berdampak pada ambiguity. Contohnya:
• Seen adalah bentuk dari verb see, sedangkan scene adalah noun yang tak berhubungan.
• Feet adalah bentuk jamak dengan mengacu pada hal nyata, sedangkan feat adalah bentuk tunggal yang merupakan hal yang abstrak di dunia nyata.
Ambiguity juga terjadi karena bentuk linguistic yang lebih panjang memiliki arti harfiah dan arti kiasan.
“There’s a skeleton in our closet”.
Skeleton in our closet dalam lexeme tunggal bisa berarti rahasia keluarga yang kurang mengenakkan. Sedangkan jika dari arti literal, gabungan dari beberapa lexeme ini bisa berarti kerangka dalam kloset kami.
3.8 Arti kalimat
Pengujaran adalah contoh dari kalimat yang mana pengujaran tersebut merupakan cara kita berkomunikasi. Ada dua hal yang jelas dalam menjelaskan arti kata.
1. Jika kita tahu tentang makna gramatikal dan kosakata, maka akan tahu tentang arti kata. Jika tidak, maka kesebalikannya.
2. Setidaknya jika kalimat itu adalah pernyataan, jika kita tahu artinya, maka kita akan tahu kondisi apa yang dibutuhkan di dunia ini untuk membenarkan kalimat itu.
“Sarmidi membuka penggilingan padi pertama di Klaten.”
Kita tak tahu kalimat ini benar atau tidak. Tapi kita tahu jika kalimat ini benar, maka terdapat seseorang bernama Sarmidi (di suatu waktu) dan sebuah tampat bernama Klaten (anggapan awal), dan Sarmidi-lah yang pertama membuka penggilingan padi dan tak ada orang lain yang penggilingan padi di daerah itu sebelumnya (bawaan). Kita tahu jika kalimat ini benar, maka kalimat “Sarmidi tidak membuka penggilingan padi pertama di Klaten” adalah salah (bantahan).
Kebenaran kondisi dalam semantic berdasarkan pada dugaan yang mana inti dari setiap kalimat (pernyataan) adalah pada kebenaran kondisi itu sendiri. Setiap pembicara bisa mengetahui kondisi tersebut. Masalah tentang jika sebuah kalimat itu benar sepenuhnnya, maka apakah penjelasan sebagian kalimat itu dalam kondisi yang berbeda masih memiliki kesamaan benar atau salah, atau malah membantah atau kesebalikan kalimat tersebut akan dibahas di chapter 5.
Penjelasan dimensi makna belumlah usai. Banyaknya arti yang kita dapat dari sebuah kalimat bisa dikarenakan gerak hati yang kita miliki atau fakta bahwa si pembicara merujuk pada sesuatu / menunjukkan arti yang lebuh lanjut. Dalam semantic, kita tidak tertarik pada hal tersebut. Akan tetapi ini lebih kepada suatu contoh dimana bahasa dari pesan melibatkan beberapa makna tambahan yang terjadi dalam kesimpulan kita.
Ada sebuah contoh: “Satu tim itu terdiri dari enam siswa dari SMK Batur Jaya.”
Dari contoh itu, dapat diambil makna bahwa SMK batur jaya adalah sebuah nama sekolah, meski kita tak tahu sekolah itu. Di dalam kalimat itu juga terdapat frasa satu tim. Dalam hal ini, masih rancu apakah sebuah tim itu hanya terdiri dari 6 siswa atau lebih dan apakah tim-tim yang lain juga terdiri dari 6 siswa SMK baturjaya atau cuma satu tim saja.
“Satu tim terdiri dari keenam siswa SMK Batur Jaya.”
Kalimat ini lebih informative (punya makna lebih) dimana terdapat kejelasan bahwa hanya enam siswa yang ada dalam tim itu. Tidak lebih.
Ermawan prayogi
ReplyDeletei think your review is good enough and helpful. i just wanna give you a comment about your review in 3.1 referential and denotation. i am little bit confuse about it. it would be better for you to give examples in sentences to make it clear.
maybe like this :), briefly abt reference(not referential:)) n denotation...
DeleteReference is something you point at and you can see with your own eyes. For example, you are in a school canteen queuing for lunch. On reaching the servery you can either point at the meal you would like to get or say 'Can I have egg curry, please' or you can do both, say and point to the meal. This way you refer to a particular object.
In a sentence 'The wolf is a much undersood animal' you do not mean any particular animal, but rather the whole species, or group.
Similarly 'Sunday night is as quiet as the grave around these parts'. By Sunday night you do not mean any particulary night but rather ANY Sunday night in these parts. this is called denotation,
is it clear?:)
well...it is clear than before. thx dear
Deletethat's good review with the explanation and examples. it might be more good if there is more one example every the explanation in each discussion.
ReplyDeleteSame as Ermawan's question. could you make them (referential and denotation) specificly ?
ReplyDeleteI gave a thumb also ^^
I've answered the question from ermawan, if u wanna get the answer from ur question please read my answer above :) thanks...
Deletei'm Riska Istiqomah/113221261
ReplyDeleteyour review is good enough...please give the example of the relation lexeme to phenomena outside language? explain it...thank you.
balas.
260962047
ReplyDeleteI love your way translating the materials. easy to be understand and followed examples that made by your own. so it make me more understand. thanksss
Anisa hajar s (26.10.6.2.019)
ReplyDeleteVery good review and explain... but I haven't understand about reference....
Please explain again in oder to I have understood. Thankyouuuu...
ur question is same as ermawan's n dwi fitria's sista,, i've answered it :)
DeleteRining Tri Utami, 113221259
ReplyDeleteAfter I read this review, I get new knowledge but in my opinion, this review is too much explanations. I will give special attention especially in 3.5 morphemes. I found this explanation in the review.
“Jika kata-kata seperti: chair, happy, guitar, lemon, shoe, dan horn jika di tambah akhiran dan awalan un, ist dan ade akan mempunyai makna yang dapat nyambung menjadi satu kalimat”. For example, if I take words – chair, guitar and I add them prefix or suffix un, ist, ade. Can you explain to me about this explanations?. thanks.
The summary is good enough and clearly so I can understand in each part of your summary. Sense relation could you explain more for me? Thanks in advance. Desi Wijayanti 261062055
ReplyDeleteYour summary is good, but I am confuse about free morpheme and zero morpheme. Please , give me explanation about that and what is the different it. Thank you very much.
ReplyDeleteLike it.
your summary is pretty good,, but can you give the example of reference and denotation,,???
ReplyDelete, i can not get it,, thank you
My name is Dyah Sulistyaningsih (261062075)
ReplyDeleteYour summary is nice. But I'm still confuse with your sentence “I was on my way to the bank”. Kalimat ini berarti proses seseorang menuju tempat dimana ia menabung atau mengambil uang. Di satu sisi, atau di sisi lain, kalimat ini juga bisa berarti seseorang akan memancing atau berlayar.
My question is why the sentence “I was on my way to the bank” have meaning that someone fishing? Please explain more. Thanks :D
My name Catur Ari Susanti (261062048)
ReplyDeleteI think this is good summary, but be better if you explain it more simple so it easy to understand.
Same with Edy, I still confused about free morphemes and zero morphemes.
What is specific differencess about them?? Explain more simple.
thanks..
Susi Susanti (113221289)
ReplyDeletea very good summary, i think that we're often used the words which we don't know the meaning much actually. Moreover in daily conversation.
I will ask to your group, can you explain about what the difference between ambiguity and polysemy? thanks ^.^
The summary is too much. I suggest to write point of the summary and don't forget give a simple example of this. If the summary shorter than now, we will understand the explanation easily. thank you.
ReplyDeleteWahyu Nugroho Murti (113221311)
ReplyDeleteyour summary is good, but you can more explain about sense relations. you can give more example about sense relations, sintagmatik and paradigmatik.
Frendi Bachtiar
ReplyDelete(26.10.6.2.102)
your review is good enough. But can you explain for me, what is lexical and gramatical? Thanks
Dwi Retnoningsih (261062070)
ReplyDeleteYour explanation of this chapter is very good. You make it with your own language. I like it. ;0
After I read your review , I get something about it. In SENSE RELATIONS, I wanna ask about 1) What is lexeme? maybe you can give some examples of this word. 2) What are the relationships between sense relations with language?
Thank you. . .
I am Bintang Permana Listyawati (261062045)
ReplyDeleteHappy Sunday :3 I am so lucky I can read this.. In my humble opinion, your explanations above are truly inspiring me. I don't even want to ask more about it. Thank you so much. Have a nice weekend :)
Erlin Marlinda
ReplyDelete26.10.6.2.082
Hi guys....... thanks a lot about the explanation. the paper is good enough. but I have one question to you.
what does the differences between makna lexical and makna grammatical? give me a simple explanation about it.
thank you....