APRIL - LATIFAH
Penggunaan
Bahasa
2.1
Pragmatic
Dalam bab 1 telah
dijelaskan secara garis besar tentang kemampuan speaker yang memiliki bahasa dan mangetahui bagaimana
menggunakannya saat mereka berkomunikasi. Kita bisa perhatikan dari apa yang speake miliki dan gunakan dalam
melakukan hal-hal khusus dalam berkomunikasi. Setiap hal yang kita temui, ia
akan memiliki banyak makna, seperti contoh berikut ini; “Kapan terakhir kali
kamu melihat kakakku?”, ada banyak sekali kemungkinan jawaban secara linguistic.
Bisa saja menjadi, “Pada siang hari, Hari Selasa”, atau “Kalau tidak salah awal
Juni”, dan masih banyak lagi. Tapi secara pragmatic, hanya ada satu jawaban
yang benar.
Pragmatic adalah satu
cabang linguistic yang juga berkaitan tentang makna. Pragmatic dan semantic
berhubungan sangat dekat, mereka mirip, yaitu sama-sama mengamati kemampuan
seseorang dalam berbahasa dan mengerti apa maknanya. Namun mereka memiliki
beberapa aspek yang berbeda. Perbedaan semantic dan pragmatic cukup samar,
keduanya sama-sama berhubungan dengann makna. Jika semantic adalah cabang
linguistik yang mempelajari makna yang terkandung pada suatu bahasa, kode, atau
jenis representasi lain, sedang pragmatic adalah adalah kajian tentang hubungan
antara bahasa dengan konteks ditatabahasakan atau yang dikodekan pada struktur
bahasa.
2.2
Tanda Alamiah dan Konvensional
Bahasa
adalah sebuah system dari symbol-simbol yang digunakan manusia untuk
berkomunikasi. Symbol tersebut bisa saja terucap, tertulis atau tertanda. Dalam
menggunakan bahasa, seseorang di pengaruhi keadaan geografis dan sosialnya.
Orang yang beerkomunikasi dengan bahasa yang sama pun terkadang terjadi
kesalahpahaman, karena berbeda dialek dan intonasi yang dimiliki oleh
masing-masing speaker.
Bahasa
hanyalah salah satu sarana untuk beraktifitas dalam hidup berbudaya dan
bermasyarakat. Bahasa juga berhubungan dengan berkembangnya masyarakat dan juga
budayanya. Bahasa juga merupakan system kompleks dari banyak symbol, atau
tanda, yang dibagikan oleh kalangan tertentu. Hal ini akan bermanfaat untuk
mengkaji tanda-tanda lain yang kita tahu dan bagaimana kita meresponnya.
Salah
satu contoh yang menjadi tanda alamiah adalah jejak kaki seseorang. Ada pada
Novel Defoe, Crusoe sedang berjalan di pesisir pantai, kemudian dia terkejut
melihat jejak kaki seseorang. Karena dia hidup seorang diri di daerah tersebut,
dia merasa takut bahwa ada jejak kaki lain selain miliknya. Tanda jejak kaki
tersebut menandakan bahwa dia (pemilik jejak kaki) baru saja berada disana. Contoh
lain yaitu ketika kita melihat asap, kita akan berpikir bahwa baru saja ada
api. Jadi yang dimaksud dengan tanda alamiah yaitu hal-hal yang bisa dilihat,
bisa di dengar, bisa dirasakan.
Saat ini banyak dari kita lebih peka
terhadap simbol-simbol. Hari demi hari kita mendengar tanda tersebut karena
seseorang menginginkan kita untuk mendengarnya: terompet, peluit, sirene, dan
bel. Senjata popular memulai pelari kompetitif, perenang dan joki di arena
pertandingan mereka. Dalam berbagai macam olahraga peluit atau bel menandakan
mulai dan berakhirnya masing-masing ronde dari permainan. Tanda yang terlihat
hanyalah sebagai tanda umum dan berubah-ubah. Kita punya cara-cara konvensionla
untuk mengindikasi jalan yang licin, jalan sepeda/kecil, lokasi telefon, lokasi
kamar mandi laki-laki dan perempuan, ketika ada akses untuk orang-orang yang
berkebutuhan khusus, ketika merokok dilarang, dan masih banyak lagi. Manusia
tidak hanya membuat symbol tunggal tapi juga sistemnya. Panggilan terompet yang
berbeda, nada bell yang berbeda, lengkingan angka yang berbeda, atau cahaya
yang terang bisa membentuk banyak pesan. Kita banyak menemui rambu-rambu lalu
lintas di banyak persimpangan jalan di kota, itu merupakan contoh yang bagus
dari sebuah system symbol. Tidak ada satupun dari semua bentuk komunikasi
tersebut menggunakan bahasa, walaupun dengan menemukan, memasang dan
mempelajarinya, tetap tidak mudah untuk di selesaikan oleh orang-orang yang
tidak punya bahasa.
Tidak
seperti konvensional yg masing-masing memiliki maksud dan pengertian
sendiri. Pesan tersebut bisa antar personal seperti saat temanmu menelfonmu
atau agak general, seperti bunyi sirene saat ambulans lewat. Kita bahkan bisa
menggunakan sarana seperti pendeteksi asap atau alarm ketika ada
pencuri/penyusup untuk mengirim pesan pada diri kita sendiri pada saat
kejadian, pada keadaan-keadaan yang tidak kita inginkan terjadi.
Mengamati
berbagai tanda tersebut dan mendapat informasi darinya terlihat seperti hal
yang sangat sederhana dan bisa terjadi kapan saja, dan proses untuk mendapatkan
informasi-informasi tersebuat ada tiga cara, diantaranya:
1. Persepsi
Tanda dan juga pengamat menunjukan
keadaan dari sebuah tempat dan waktunya dimana tanda tersebut menarik perhatian
dari si peneliti. Robinson Crusoe, menggunakan contoh pertama kita, berjalan di
pesisir pantai dia melihat kada jejak kaki, melihat dari arah kanan, dimana ada
cukup cahaya yang terlihat, dan sebelum jejaknya terhapus oleh hujan, angin,
air pasang, atau berubahnya jejak karena makhluk lain.
2. Identifikasi
Setiap respon adalah pengalaman yang
unik. Untuk menyatakan bahwa kita menyadari sebuah fenomena yang terjadi maka
kita akan menghubungkannya kejadian/pengalaman yang terjadi sebelumnya di dalam
memori kita. Hal ini sering terjadi, jika kamu mengamati sebuah tanda dan dapat mengartikannya dengan banyak makna, kamu
pasti sudah pernah melihat tanda yang mirip sebelumnya. Kami mengidentifikasi
setiap hal baru ataupun fenomena yang sudah berlalu, atau lebih sering kita
jumpai sebagai sesuatu yang identik dengan hal-hal yang kita sudah tahu, tanda
yang baru dari tulisan yang familiar. Pikiran manusia tidak berhadapan dengan
banyak hal terpisah: kita bisa mengklasifikasikannya sesuatu yang nyata sebagai
contoh baru dari jejak kaki atau semak-semak atau sirene atau gereja.
3. Interpretasi
Makna sering kali sangat s ulit
dipahami. Makna yang terkandung dalam setiap tanda tergantung juga dengan jarak
waktu kapan kita melihatnya. Reaksi dari Crusoe terhadap telapak kaki yang dia
temui dikarenakan atas keadaan hidupnya, hingga saat ini akan mudah dan mungkin
baginya untuk melihat jejak kaki selain miliknya sendiri. Ini bukan hal yang
biasa, tapi kita seringkali mengartikannya berbeda dalam konteks dan keadaan
yang berbeda pula.
Tanda-tanda konvensional bisa memiliki
banyak makna yang berbeda dalam konteks dan keadaan yang berbeda. Kita sering
menjumpai orang menggunakan peluit. Dan ini akan memiliki banyak makna
tergantung siapa yang menggunakannya. Seorang polisi ketika di persimpangan
lalu lintas, seorang penjaga hotel ketika memanggil taksi dan banyak lagi.
Bunyi peluit tersebut akan memiliki banyak makna yung berbeda karena orang yg
menggunakannya pun berbeda. Makna yang berbeda tersebut dikarenakan perbedaan
konteks yang muncul pula.
2.3
Tanda Linguistik
Kata-kata
juga merupakan tanda linguistic. Mereka juga hamper sama dengan tanda yang
natural dan konvensional. Mereka tidak memiliki makna tetapi mereka bisa
menyampaikan makna pada mereka yang menerimanya. Kata-kata yang dibuat menjadi
kalimat akan bisa menyampaikan makna. Makna yang terkandung dalam kalimat
tersebut, ataupun makna yang baru yang muncul dari hubungannya dengan kalimat
tersebut.
Kita bisa saja mengamati tanda linguistic, seperti
kata-kata. Tapi sejak banyak orang yang tertarik dalam penggunaan bahasanya,
kita harus benar-benar focus terhadap keseluruhan ucapannya. Mengidentifikasi
dan menartikannya.Untuk memahami apa yang seseorang katakana, kita harus
memahaminya secara keseluruhan, baik ucapan ataupun tertulis. Karena satu dalam
beberapa hal saja aka ada banyak pesan yang dapat diterima.
Menurut Clark (1996:92-121) hanya mendengar dan melihat
saja tidak cukup. Kita tidak akan mendapat pesan atau tidak akan mengerti
apapun dari bahasa yang tidak kita pahami. Kita harus mengidentifikasi
elemen-elemen yang berhubungan dengannya. Karena bisa saja kita menemui
seseorang dengan berbeda bahasa dalam berkomunikasi. Maka kita perlu
mengidentifikasi elem-elemen yang berhubungan dengannya. Ini akan berbeda jika
kita berkomunikasi dengan bahasa, kosakata, dan dialek yang sama.\
Kita
juga harus bisa memahami apa yang dituju oleh si pembicara. Sekalipun kita tau
bahasanya, kita tahu kallimat yang dikatakannya, tapi kita tidak akan memahami
maksudnya tanpa kita tahu apa yang menjadi perhatian dari si pembicara. Ketika
komunikasi telah berjalan lancer, sebagai pendenngar akan bisa mengartikannya
dengan tepat karena kita sudah mengetahui apa yang menjadi perhatian si
pembicara karena kita sudah mendapat informasi darinya dan juga sudah
mengidentifikasinya.
Saat
kita mendengar pembicaraan orang lain pun, kita pasti akan mendengar suaranya,
intonaasinya dan juga mengamati kapan dia berhenti berbicara. Seperti adanya “pause” dalam ucapanya pasti akan
menjadi perhatiannya.
Sebagai
pendengar, kita akan sedikit banyak mengubahnya ketika kita menceritakannya
kembali pada orang lain, tetapi dengan pesan yang sama. Jadi, walaupun kita
tidak memahami pesan yang terucap tanpa mendengarnya langsung (perception),
tapi manusia memiliki keahlian untuk membedakan mana pembicaraan yang
sebenarnya dan dan yang menjadi interpretasi.
Menurut
Fillmore(1979-78) sebagai pendengar kita tidak hanya perlu mendengarkan saja
apa yang speake katakana, tapi juga
memahami apa yang sedang dibicarakannya, dan dengan cara bagaimana si pembicara
menyampaikannya. Kita harus menghubungkannya dengan apa yg sedang
dibicarakannya dan apa yang dibicarakannya sebelumnya. Dengan menghubungkannya,
pendengar akan mengetahui apakah si pembicara sedang bercanda, serius,
sarkastis atau ekspresi lainnya.
Ketika
kita membaca sesuatu, interpretasi kita untuk mengetahui apa yang ingin penulis
katakan, pasti kita akan melihat latar belakang kenapa dia menulisnya. Kita
akan lebih mudah memahaminya kalau kita tahu apa yang menjadi perhatian si
penulis dan mungkin mengetahui apa yang disukai dan apa yang tidak disukainya.
Seorang pembaca pun juga harus memberikan kontribusi dan pemahaman yang bagus
dalam membaca agar dapat disampaikan kepada orang lain dnegan cara dan
pemahaman yang baik pula.
2.4 Ucapan dan
Kalimat
Seperti
halnya tanda-tanda lazim yang ada di sekitar kita, misalnya bunyi sebuah peluit
bisa mempunyai arti yang berbeda dalam situasi yang berbeda pula, jadi bagian
dari suatu bahasa juga bisa mempunyai arti yang berbeda dalam konteks yang
berbeda pula. Mari kita simak tiga ilustrasi berikut: seorang pengemis yang
tidak makan seharian berkata “saya lapar”; seorang bayi yang ingin tidur
berkata “saya lapar”; seorang pemuda yang berharap bisa berkenalan lebih jauh
dengan salah satu karyawannya dan bermaksud untuk mengajaknya makan malam
memulai suatu pembicaraan dengan “saya lapar”. Ketiga peristiwa tersebut
berasal dari kalimat yang sama tapi mereka sebenarnya berbeda: mereka
menunjukkan maksud yang berbeda dan kemungkinan diartikan secara berbeda pula
karena situasi dan partisipannya berbeda.
Sebuah
ucapan adalah sebuah realisasi dari perkataan lisan ataupun tulisan; ini adalah
kejadian yang spesifik, di waktu dan tempat tertentu dimana sedikitnya
melibatkan satu orang, yang menciptakan ucapan, tapi biasanya bisa melibatkan
lebih dari satu orang. Arti dari sebuah ucapan adalah arti dari kalimatnya plus
arti dari keadaan itu sendiri: waktu dan tempat, orang-orang yang terlibat,
latar belakang mereka, hubungan diantara mereka, dan apa saja yang mereka
ketahui satu sama lain. Semua keadaan ini dapat kita sebut konteks fisik-sosial
dari sebuah ucapan.
Mengapa
kita perlu membedakan antara kalimat dengan ucapan? Karena ini penting untuk
mengetahui apa maksud yang ingin disampaikan dan hal apa saja yang kita peroleh
mengenai konteks dimana bahasa tersebut digunakan. Karena ini penting untuk
membedakan antar arti secara linguistik, apa yang diceritakan oleh bagian
tertentu dari bahasa itu, arti ucapan, apa sebenarnya yang dimaksud dengan
perkataan demikian-dan-demikian di tempat-tempat tertentu, dan pada waktu
tertentu pula. Misalnya, ucapan “kunjungan kita ke pabrik, adalah sebuah
pengalaman yang luar biasa” boleh dikatakan sebuah lelucon, atau dengan
menyindir, atau sebagai sebuah pemberitaan yang sebenarnya, diantara
kemungkinan yang lain.
Sebuah
ucapan sering dikaitkan kedalam bagian wacana yang terluas misalnya, sebuah
percakapan, kuliah formal, puisi, cerpen, surat bisnis, atau surat cinta, dan
diantara kemungkinan yang lain. Sebuah wacana lisan adalah tindakan dari sebuah
ujaran yang terjadi di tempat dan waktu yang sudah tentukan. Sebuah wacana
tulis boleh jadi catatan/dokumen tentang sesuatu yang sudah terjadi atau
mungkin juga dimulai dengan tujuan untuk dipertunjukkan secara umum, seperti
sebuah drama atau pidato, atau mungkin akan hilang tanpa adanya sebuah pidato
atau berniat untuk diucapkan, seperti sebagian besar artikel-artikel dan
buku-buku. Konteks linguistik dari sebuah ucapan bisa membuat arti yang
berbeda, sebagaimana konteks sosialnya.
2.5 Prosody
Rangkaian
kata yang sama akan memiliki arti yang berbeda ketika rangkaian kata tersebut
diucapkan berbeda dari masing-masing kalimat. Seseorang mungkin saja mengubah
gaya bicaranya untuk membedakan ujaran yang sama dengan cara menonjolkan
kata-kata yang membutuhkan penekanan misalnya dengan menaikkan atau menurunkan
nada suaranya untuk menyampaikan masing-masing maksudnya.
Kita
menghasilkan semua ucapan lisan kita dengan sebuah melodi, atau intonasi:
dengan mengubah kecepatan dari vocal bands di kerongkongan yang bergetar kita
menghasilkan pola titi nada naik atau turun atau perpaduan dari keduanya.
Dengan membuat satu suku kata ke dalam kelompok rasa khususnya suara keras dan
panjang biasanya itu terjadi ketika terjadi perubahan titi nada, kita
menambahkan kata tersebut dengan sesuatu yang menonjol yang disebut
aksen(logat). Intonasi dan aksen bersama-sama dinamakan prosody(ilmu
persajakan), bagian yang penuh arti dari sebuah pembicaraan yang terpisahkan
dari kata-katanya.
Prosody
adalah pembawa arti yang penting dalam ucaran lisan dan terdiri dari dua bagian
yaitu aksen dan intonasi. Aksen adalah secara comparatif kekuatan yang terbesar
dan titi nada yang tertinggi yang membuat satu bagian dari ujaran lebih
menonjol dari bagian yang lain. Aksen mempunyai sebuah fungsi syntagmatic yang
memberikan fokus terhadap kata-kata yang ditekankan dan menunjukkan bagian lain
dari ujaran khususnya yang meliputi hal yang sudah diberikan informasinya
terlebih dahulu. Fokus paradigmatic adalah sebuah penekanan pada satu kata
sebagai lawan kata lain yang mungkin saja digunakan. Intonasi adalah suatu
perangkat lagu yang bisa membedakan dari ujaran dengan konten verbal yang sama.
Pola intonasi adalah naik turunnya titi nada dan gabugan antara keduanya.
Biasanya, nada turun menunjukkan kekuasaan pembicara atau penghentian
pembicaraan and nada naik adalah diorientasikan kepada pendengar dan kelanjutan
saran.
Jadi
sebuah kalimat dari ucapan lisan yang sama bisa saja memilki arti yang berbeda
satu sama lain tergantung dari segi pengucapannya. Ucapan lisan yang ditentukan
oleh aksen dan intonasinya, naik turunnya nada dan penonjolan kata akan
menimbulkan penafsiran arti yang berbeda.
2.6 Komunikasi
Non-verbal
Dalam
suatu komunikasi verbal kita tidak hanya menggunakan konten lisan dan prosody
semata termasuk dalam halnya komunikasi empat mata yang bermaksud menyampaikan
pesan terhadap orang lain melalui tanda-tanda baik yang itu dapat didengar
maupun yang dapat dilihat. Di samping itu, suara kita atau penampilan kita bisa
saja mempunyai pengaruh terhadap partisipan lain dalam sebuah percakapan dan
oleh karena itu juga berpengaruh pada cara bagaimana pesan tersebut
ditafsirkan.
Pembicara
mungkin saja ingin menciptakan pengaruh khusus dengan cara mereka dalam
menggunakan kalimatnya; pendengar mengartikan apa yang mereka dengar melalui
cara khusus karena keistimewaan suara itu; tapi jika maksud dan interpretasinya
bertepatan, ketepatan tersebut adalah kebetulan semata. Semua cara dalam
menggunakan suara secara bersamaan dinamakan paralanguage.
Dengan
cara yang sama, ada tanda yang terlihat misalnya gesture (gerak isyarat), yang
standar, menyampaikan maksud, dan terdapat elemen dari penampilan, body
language, yang mungkin menciptakan sebuah efek pada peneliti dan oleh karena
itu pada penjelasan dari pesan-pesan lisan.
Perhatikan tanda
visual berikut:
Nodding the head in response to an utterance
Crossing one’s fingers
Pretending to yawn, with finger tips in front of
mouth
Holding up a thumb from a closed
fist
Pinching one’s
nostrils closed with thumb and forefinger
Seperti
tanda-tanda visual diatas, bahasa isyarat tersebut telah diakui, meskipun agak
samar dalam penegasan artinya. Pertama, persetujuan saran atau afirmasi, kedua
harapan untuk sukses dimana keadaan yang tidak pasti, ketiga rasa bosan,
keempat determinasi untuk membuat alasan kesuksesan seseorang, kelima
ketidaksenangan dengan sesuatu.
Perawakan
fisik yang lain atau pergerakan, -misalnya gerak isyarat dengan tangan atau
seluruh badan, seperti memukul meja dengan kepalan tangan, dan gerak isyarat
wajah seperti mengerutkan salah satu bibir, melengkungkan alis mata, dan lain
sebagainya- adalah bukan tanda-tanda umum dan belum mempunyai arti tersendiri.
Mereka mungkin saja mewakili para peneliti untuk membentuk beberapa pengaruh
atau kesan-kesan tertentu kepada pembicara, yang mempengaruhi pemikiran
pendengar dalam menafsirkan maknanya.
Sisi
lain dari penampilan adalah pakaian, gaya rambut, perhiasan, kosmetik, dan
semacamnya, mempunyai pengaruh terhadap orang lain, sengaja atau tidak. Jarak
antara lawan bicara dan cara mereka bersentuhan satu sama lain tergantung
dengan standar budaya masing-masing dimana mereka tumbuh. Apakah kita duduk di
lantai atau kursi, menyilangkan kaki di pergelangan kaki, membuka lutut, dan
apapun ini dikatakan sesuatu yang berkaitan dengan latar belakang budaya
seseorang tapi mereka tidak menghubungkannya secara semantic.
Dalam
mempelajari bahasa kita tidak hanya mempelajari tentang kalimat dan ujaran tapi
kita juga mempelajari lebih tentang elemen di sekeliling melalui komunikasi dan
kecuali kita bergerak ke budaya social yang berbeda, kita menyimpulkan bahwa
itu semua adalah budaya. Tapi gerak isyarat, jarak antar individu, cara
bagaimana suara itu digunakan bisa cukup berbeda dalam social masyarakat yang
berbeda sehingga semua ini bisa mempunyai pengaruh yang berbeda pula terhadap
seseorang yang berbeda latar belakang budayanya.
the articel is very helpfull, can you give me the example of prosody so i can understand it more???
ReplyDeleteThis review is good enough. Here, I'd like to review the language in use and the natural and conventional signs. Language in use is the using of language verbal and non-verbal to help people to get and understand the meaning of an utterance. Natural signs are signs which are naturally formed by nature or unintentionally by human also, like the footprint or yawning, and have meaning. Furthermore, conventional signs are signs which intentionally created by human to give the message to others. Both are non-verbal communication.
ReplyDeletethe article is good and easy to understand...but what are the solution based on clark opinion. that any different language which we can't hear or see??
ReplyDeleteThe manner of this explanation is understandable enough, i suppose. For an English-Based article.
ReplyDeleteAlthough i have some difficulty in understanding the dispotition of those terms in a right way, but i think it's normal.
your review about language in use is good, it has represent all of the material from the topic. but in the perception, I still confused with the meaning. so, what is the correlation between natural and conventional signs: perception and the language in use. it will better if there are added another simple examples.
ReplyDeleteIntonation may have a role i distinguishing one meaning (that is, speaker's intention) from another, but it seldom has the role burden of communicating a meaning. How could it be? Does the background of people influence his intonation?
ReplyDeleteThis article is very good and interesting for analysis. but I want to ask whether cultural differences can impede understanding of the language to another country. maybe in a culture with body movement we can know what we mean. but if people in other countries that have different cultures also knew about the body language of the other country. because we know our culture is different.
ReplyDeleteThis article is really helpful and good enough. But, I would like you to explain me more about perception. Thank you.
ReplyDeletethe article is really helpful to be learnt. but i still confuse about prosody. can you explain about it clearly??
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThere are three process of getting information; perception, identification, and interpretation. can you explain more about this process through a simple case?
Delete