Tugas Kuliah: Fonem ‘sama tapi berbeda’

     By 

1. Aris Hidayatulloh         (123211005)

2. Linda Retno Utami (123211021)

3. Qonitatul Azizah           (123211036)

4. Riski Fajar Herlambang (123211038)

Fonem 

‘sama tapi berbeda’

A. Variasi dari fonem 

Jika kita membahas tetang fonem (dalam bahasa Indonesia) atau phoneme (dalam bahasa inggris), maka kita akan memjumpai berbagai macam variasi dalam pembahasannya. Pada dasarnya fonem bisa terbentuk karena penyuaraan dari speech organ manusia. Namum secara alamiah memang sifat manusia berbeda-beda dan tentu saja mereka mempunyai persepsi yang berbeda pula. Persepsi tersebut yang akan mempengaruhi pemahaman mereka pada saat mengkaji suatu hal (dalam bahsan ini lebih mengarah ke fonem). Sepertihalnya sepatu kiri dan kanan, memang ukuran, warna dan bentuknya sama, namun tetap saja berbeda karena digunakan di 2 kaki yang berbeda yaitu kaki kiri dan kanan. Memang dari bahannya sama persis dan mereka digunakan pula sebagai alas kaki, tapi mereka berbeda pada peletakannya. 

Ilustrasi pada paragraft sebelumnya bisa kita kaitkan dengan pengkajian phoneme. Seperti yang kita ketahui, bidang kajian yang akan dibahas dalam pengkajian phoneme adalah penyuaraan dari satuan terkecil bunyi yang dihasilkan oleh organ of speech. Namun jika phoneme tersebut dibuyikan, maka kita akan menjumpai berbagai perbedaan pada bunyi yang dihasilkan. Seperti halnya bunyi [k] pada kata call, dan [t] pada kata tall. Jika kita membedakan bunyi tersebut, akan lebih terasa perbedaannya. [k] . Kedua fonem tersebut sama-sama bunyi yang dihasilkan oleh speech organ dan keduanya sama-sama konsonan yang berletup (plosive), namun perbedaan yang akan nampak adalah pada penyuaraannya. Bunyi [k] termasuk dalam katergori velar yakni bunyi yang membutuhkan badan lidah (body of tongue) untuk menyentuh langit-langit mulut (soft palate). Sedangkan bunyi [t] termasuk dalam kategori alveolar yakni bunyi yang tersuarakan ketika unjung lidah (tip of tongue) menyentuh diding dari rahang gigi (alveolar ridge).

Pada bahasan sebelumnya kita membahas bunyi [k] dan [t]. Kedua bunyi tersebut dikategorikan sebagai bunyi yang  berpasangan. Pasangan bunyi tersebut digunakan untuk membedakan bunyi yang dihasilkan. Seperti yang kita jumpai di minimal pairs, kedua bunyi tersebut hampir sama namun sifat dan tempat pembunyiannya lah yang berbeda, seperti yang terilustrasi pada bunyi [k] pada kata call dan bunyi [t] pada kata tall pada bahasan sebelumnya. Lain halnya jika kita membunyikan suara [k] dalam kata cupboard dan [c] dalam kitchen yang dimana mereka dikategorikan mempinyai bunyi yang sama menurut IPA (International Phonetic Alphabet). Namun mereka ([k] dan [c]) dalam bahasa inggris tidak dikategorikan sebagai set of sound (pasangan bunyi) meskipun dalam IPA mereka digolongkan dalam kategori bunyi yang sama.     

Untuk memperjelas bahasan yang ada pada paragraft sebelumnya, berikut penjelasan lebih mengenai fonem. Bunyi-bunyi berikut memang agak sedikit sama, namun letak penyuaraannya berbeda dan juga letupan yang dihasilkan juga berbeda (plosive)  

 /p/ pada kata paul  letak bunyi berada di bagian bibir (bilabial)

 /t/ ¬¬ pada kata tall  letak bunyi berada di tengah atau disekitar alveolar ridge

 /k/ pada kata  call letak bunyi berada di tengah atau di sekitar soft palate

B. Fonem 

Seperti yang kita ketahui, fonem merupakan bagian terkecil dari satuan bunyi yang dihasilkan oleh organ of speech. Hal tersebut sangat erat kaitannya dengan suara. Berdasarkan paparan dari Sapir, seorang linguis dari America pada abad 20. Dia menyimpulkan bahwa suara yang didegar oleh native speaker atau penutur asli (bahasa inggris) adalah fonem (phoneme)  bukan fonetic (phonetic). Selama fonem tersebut dapat kita dengar (suara yang dihasilkan organ of speech), maka bunyi tersebut merupakan fonem. 

Kita bisa mengkonversi fonem ke dalam bentuk phonetic transcript dengan menggunakan IPA (International phonetic alphabet). Dalam penulisannya, phonetic transcript dituliskan ditengah slash (tanda kurung yang terdiri dari dua garis miring). Sebagai contoh kata ‘call’ jika dituliskan kedalam simbol IPA akan menjadi  /kɔːl/ .Penulisan tersebut bisa mempermudah kita dalam pembacaan kata, khususnya dalam bahasa inggris.

Seiring perkembangan waktu dari zaman ke zaman, penggunaan fonem juga dikembangkan dalam dunia peng-ejaan. Sistem peng-ejaan tersebut menerapkan sistem berbasis fonem dari bahasa.  Seperti yang dijelaskan pada bahasan sebelumnya, kita bisa menyimpulkan bahwa terdapat bebagai hal yang dapat dikaji dalam fonem termasuk juga pelafalan dari fonem itu sendiri yang dipengaruhi oleh mother tongue seseorang. Ketika kita mengkaji fonem dalam bahasa inggris, kita tidak bisa terlepas dari peran penutur asli atau native speaker. Karena dari native speaker tersebutlah kita bisa mengkaji banyak hal yang berkenaan dengan fonem. 

Singkat kata, yang dimaksud dengan ‘sama namun berbeda’ dalam bahasan materi ini merujuk pada fonem itu sendiri. Memang dari bidang yang dikaji adalah suara dari speech organ manusia, namun dari pembunyian fonem tersebut sangatlah berfariasi. Fonem tersebut ada yang bersifat voiced dan voiceless. Selain itu ada yang berbeda dari tempat pembunyiannya (place of articulation) dan juga cara pembunyiannya (manner of articulation). Dari hal itulah kita bisa menyimpulkan bahwa terdapat suatu perbedaan dari satu komponen fonem yang satu dangan fonem yang lainnya.        

Referensi lain (sebagai tambahan) :

Sari, faizah, A Practical Guide to understand Basic Phonology, Jakarta: Native Indonesia Press, 2011.

Related Articles: