SHOW

SELAMAT DATANG | SEMOGA SITUS INI BISA BERMANFAAT DAN MENGINSPIRASI

Dropdown Menu

Tugas Kuliah: MEDIA TALK / DISCOURSE ANALYSIS

FITRI ANEKAWATI (113211005)
ANIK WULANDARI (11321100 )
YUSUF SUNANULHUDA (261061020)

Buku ini membicarakan tentang apa yang kita tau lewat radio dan televisi. Terlihat dari beberapa program contoh : program presentasi, komentar, dialog, wawancara dan debat. Masing- masing mempunyai desain yang berbeda. Terfokus pada pembicarran pada media bicara baik secara langsung maupun langsung kepada pendengar. 

Hambatan akan sering terjadi didalam proeses pembelajaran media talk. Akan tetapi hambatan tersebut dijadikan proses pembelajaran media sebagai mata kuliah akademik di Universitas itu sendiri. Sebagian besar media talk terfokus pada film, fotografi, dan video, dibandingkan dengan broadcasting.
Alasan kedua ada kemungkinan besar mereka mempelajari perkembangan media kedepan. Mahasiswa lebih menyukai mempelajari media talk yang modern dibanding yang klasik seperti drama. Akan tetapi itu semua akan dipelajari oleh mahasiswa. Dan diman proeses pembelajaran tersebut memerlukan seorang pengajar dan murid.

Pembicaraan dan Medianya

Sama pentingnya dengan penampilan visual, pembicaraan juga sangat penting bagi seseorang terutama dalam bidang penyiaran. Tidak hanya melalui radio, televisi juga memerlukan profesionalitas dalam perbincangan. John Elis (1982) berpendapat bahwa sinema (bioskop) merupakan salah satu jenis dari pengalaman treatrical, memiliki hak hak istimewa  mengenai visual atau pandangan. Intinya pembicaraan sangat penting dalam bidang penyiaran/radio, dan juga TV. 
Di radio, orang pertama (penyiar) biasa menggunakan istilah (saya/kami). (I/We) untuk berbincang kepada audience (pendengar) biasanya disapa dengan (you), sering juga untuk menyebutkan kerabat kerja dengan (us) kita.
Dalam sebuah sinema/acara TV sangat dibatasi untuk penggnaannya dengan lebih spesifik seperti dalam komedi / musikal yang biasanya dipertunjukan “untuk kita” diluar lingkup narativnya/ceritanya. Namun, dalam penyiaran radio pembicaraan merupakan media utama yang digunakan untuk penyiaran.
Di Britain / Inggris (1930an), penyiaran telah mengembangkan kebudayaan, dan menyiarkan event event Nasional yang diselenggarakan (olahraga, Festival  keagamaan, upacara kerajaan dll). Dan terasa sangat ramah kepada para pendengar sehingga mereka merasa nyaman/terhibur dengan berbagai kuis , game show, dokumenter.

Tiga konsep untuk pembelajaran media

Kinerja bersejarah Scamell, mengemukakan bahwa tiga konsep tersebut sangat penting karena dapat menjembatani antara studi empiris tentanga pembivcaraan dan perhatian sosial yang lebih luas.

a). Interactivity > Interactivitas
Dalam sejarah penyiaran BBC, audience merupakan pendengar yang aktif. Biasanya npembawa acar radio/tv selalu “menyapa” para pendengarnya dengan “good evening, hello, welcome to the show”, ini merupakan sebuah saran yang digunakan sebagai pendekatan kepada pendengar dan untuk mendapatkan tanggapan dari para audience.
b). Perforamativity
Selanjutnya adalah performstivita yang digunakan yang juga digambarkan oleh Scannell dan Cordiff yaitu media quasi – interaction (seakan akan dapat berinteraksi secara langsung) yang harus dapat dipahami pendengar, merupakan sebuah jenis dari penampilan. 
Misalnya : dalam sebuah penyiaran, seseorang/ penyiar mengadakan wawancara kepada pendengar, selain itu memberi pertanyaan namun penyiar juga harus bisa mnebak jawabannya sehingga ia solah olah berhadapan langsung kepada audience. Selain itu penyiar juga harus memahami  para audinec dan harus mengungkapkan secara jelas saat wawancar tersebut menuju kearah yang rumit. Jadi, penyiar tersebut harus bisa menunjukan sikap yang ramah dihadapan para audience yang tidak bisa ia lihat secara langsung.
c). Liveliness
Presenter harus bisa menunjukan semangatnya yang bisa menghidupkan suasana dalam suatu acara tersebut, sehingga akan membuat audience terhibur dan tidak merasa bosan. Ia harus pandai dalam merangkai kata kata yang menarik.
Di era 1930an, terdapat banyak tantangan dihadapi oleh para produser naskah yang digunakan dibalik mikropon penyiaran. Pada awalnya naskah tersebut kurang sesui dengan pembicara yang belum terbiasa dalam hal penyiaran, sehingga timbul rasa bosan/ membosankan.
Jadi, presenter tersebut harus terbiasa dengan hal penyiaran dan dapat menyatukan instrinsik penyiaranya untuk membuat suasana menjadi hidup dan tidak membosankan.
Kunci thesis, seperti penggambaran diatas, tidak membutuhkan perubahan pathological. Hal itu bisa diterjemahkan seperti pendapat sosiologi, dalam 2 part , yang mana pernyataan diajukan untuk penelitian selanjutnya. Bagian pertama dari pendapat catatan yang mana tv (penyebaran) berkata kepada kita dalam  “percakapan” cara mengundang respon kita. Bagian yang kedua lalu  mengusulkan  bahwa anggota pendengar individu bergabung dalam kelompok proses ini. Pertanyaan penelitian akan memperlibatkan investigasi bagaimana audience melakukan respon nyata.



Related Articles:

1 comment:

  1. that's good review and explanation, but can you give example how The third aspect can be done during a lesson to people who have a deficiency?

    ReplyDelete