SHOW

SELAMAT DATANG | SEMOGA SITUS INI BISA BERMANFAAT DAN MENGINSPIRASI

Dropdown Menu

Sosiolinguistik Pengantar Awal

Resensi dan Kritik
Sosiolinguistik Pengantar Awal
Karya Drs. Suwito

Oleh Kurniawan
S110907005


Bahasa dan masyarakat memiliki keterkaitan satu sama lain.  Bahasa tidak akan pernah ada tanpa adanya masyarakat, begitu pula sebaliknya tidak akan pernah ada masyarakat tanpa bahasa.  Bahasa memiliki peranan yang sangat siknifikan dalam masyarakat.  Dapatkah manusia hidup tanpa bahasa?  Dalam berinteraksi atau bersosialisasi dengan orang lain atau kelompok masyarakat lain, bahasa menjadi sarana komunikasinya.  Masyarakat, dari waktu ke waktu akan terus mengalami perkembangan dalam banyak sisi.  Seiring dengan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat, bahasa pun selalu mengikutinya.  Oleh sebab itu perkembangan bahasa tidak akan pernah lepas dari perkembangan masyarakat.  Hubungan keterikatan antara bahasa dan masyarakat dapat terlihat misalnya; ketika ada di dalam masyarakat, orang-orang akan berbicara sesuai dengan latar belakangnya; sehingga ada penyimpulan mantap dari proyeksi aspek-aspek ujaran seseorang dengan tempat asal, pendidikan, usia, jenis kelamin, kelompok sosialnya, dan juga pekerjaannya.  Masyarakat dapat juga secara langsung mengubah gaya bicara dan topik pmbicaraan untuk menyesuaikan diri dengan latar belakang lawan bicaranya. 
Melihat fenomena keterkaitan antara bahasa dan masyarakat dapat menggugah kita untuk memandang bahwa sangat penting memahami bahasa dalam masyarakat.  Sosiolinguistik adalah bidang ilmu yang mengkaji tentang masyarakat (sosio) dan bahasa (linguistik).   Dalam sosiolinguistik banyak hal yang dapat kita pahami, antara lain: masalah-masalah kebahasaan dalam hubungannya dengan masalah-masalah sosial, pemakaian bahasa dalam masyarakat dan budaya, pemakaian data dan analisis sosial dalam linguistik, dan masih banyak lagi. Sehingga menjadi sangat penting jika masyarakat mengetahui tentang sosiolinguistik, baik melalui buku-buku maupun mengkaji bidang-bidangnya di lapangan (masyarakat).
Seorang pemerhati sosiolinguistik, Suwito menjembatani pembaca atau masyarakat yang ingin mulai mengenal ranah sosiolinguistik melalui bukunya Sosiolinguistik Pengantar Awal.  Dosen pengajar di Universitas Sebalas Maret Surakarta ini sangat memahami kebutuhan masyarakat untuk mengenal sosiolinguistik, khususnya akademisi, mahasiswa, dan para pembaca yang mulai konsen terhadap sosiolinguistik. Buku yang terdiri dari delapan (8) bab ini sangat praktis diuraikan dengan sangat singkat tapi padat sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk membacanya.

1.  Resensi
Bab 1, diawali dengan pendahuluan yang membahas tentang studi bahasa, meliputi bahasa sebagai ilmu dan subdisiplin di dalamnya.  Bagian subdisiplin yang dibicarakan pada bab ini antara lain, antropolinguistik, psikolinguistik, dan sosiolinguistik. 
-          Psikolinguistik:  bertalian erat dengan ilmu jiwa dan terutama peristiwa-peristiwa kejiwaan yang berhubungan dengan tahap kemampuan berbahasa anak.
-          Antropolinguistik: mempelajari bahasa dalam kehadirannya sebagai bagian dari kebudayaan manusia.
-          Sosiolinguistik: menempatkan bahasa dalam hubungannya dengan pemakaiannya di dalam masyarakat.
Namun diantara ketiga subdisiplin tersebut, sosiolinguistik yang lebih banyak dibahas.  Sedangkan psikolinguistik dan antropolinguistik hanya digunakan sebagai pembanding.  Selain itu  bab satu ini juga membicarakan manfaat-manfaat sosiolinguistik.
Bab 2 membahas tentang bahasa dan komunikasi yang mencakup berbagai jenis perbuatan, perbuatan komunikatif dan non-komunokatif dan komunikasi verbal dan non-verbal.  Di dalam berbagai jenis perbuatan disebutkan ada non interpretatif, interpretatif, perbuatan yang tidak disengaja dan tidak menuntut tangung jawab, perbuatan disengaja dan menuntut tanggung jawab, gejala dan lambang.  Sedangkan dalam sub bab 2 dibarikan penjelasan mengenai perbuatan komunikatif dan nonkominikatif.  Komunikatif berarti perbuatan tersebut menimbulkan rangsangan dan menghendaki tanggapan.  Non-komunikatif berwujud kegiatan individu yang tidak memerlukan partisipasi orang laindan tidak membutuhkan tanggapan.  Pembahasan terakhir pada bab ini adalah tentang komunikasi verbal dan non-verbal.  Komunikasi verbal dapat berupa auditif maupun visual sedangkan komunikasi non-verbal berupa auditif saja yang menggunakan bunyi artikulasi.
Bab 3 membahas tentang bahasa dalam konteks sosial yang membicarakan verbal reportaire dan masyarakat tutur, faktor-faktor sosio-situasional dan variasi bahasa, dan peristiwa tutur dan tindak tutur.  Verbal reportaire dari suatu masyarakat tuutur merupakan refleksi dari reportaire seluruh penuturnya sebagai anggota dari masyrakat.  Adanya faktor-faktor sosio-situasional menyebabkan munculnya variasi bahasa yang terealisasi dalam idiolek, dialek, ragam bahasa, register maupun unda-usuk.  Keseluruhan peristiwa pembicaraan dengan segala faktor serta peranan faktor-faktor itu di dalam peristiwa tersebut dikenal dengan istilah peristiwa tutur.
Bab 4 membicarakan kedwibahasaan dan diglosia.  Terdapat empat sub bab pada bab ini antara lain; peristiwa kontak bahasa, kedwibahasaan dan dwibahasawan, diglosia dan masyarakat diglosik, dan hubungan timbal balik antara kedwibahasaan dan diglosia.  Kontak bahasa meliputi segala persentuhan antara anggota beberapa bahasa yang berakibat adanya kemungkinan pergantian pemakaian bahasa oleh penutur dalam konteks sosialnya. Pada sub bab yang kedua dikatakan bahwa individu-individu tempat terjadinya kontak bahasa dwibahasawan sedangkan peristiwa pemakaian dua bahasa atau lebih secara bergantian oleh penutur disebut dwibahasawan.  Pada sub bab berikutnya, dijelaskan bahwa istilah diglosia dimaksudkan untuk memberi gambaran peristiwa dimana dua variasi  dari satu bahasa hidup berdampingan di dalam suatu masyarakat dan masing-masing mempunyai peranan tertentu. Sedangkan pada sub bab terakhir, dijelaskan bahwa masyarakat tutur yang diglosik dan dwibahasawansecara keseluruhan menggunakan dua bahasa sebagai alat komunikasi, tetapi dalam masyarakat itu secara meluas kedua bahasa itu digunakan dengan fungsinya masing-masing, masyrakat tutur yang diglosik tetapi tidak dwibahasawan ditandai dengan adanya dua atau lebih masyarakat tutur yang secara politis, ekonomis dan religius dipersatuakan kedalam satu kesatuan yang fungsional , meskipun perbedaan sosiokultural tetap memisahkannya, sedangkan masyarakat tutur yang dwibahasawan tetapi tidak diglosik terdapat di dalam masyrakat yang menggunakan dua bahasa sebagai alat komunikasinya, sedangkan kedua bahasa itu tidak menunjukkan fungsi-fungsi tertentu dalam penggunaanya. 
Bab 5 menjelaskan tentang interferensi dan integrasi.  Di dalam bab ini diuraiakan sekilas tentang persamaan dan juga perbedaan dari inertferensi dan integrasi.  Kemudian pada sub bab berikutnya dibahas lebih detail mengenai interferensi sendiri.  Pembahasan tentang  integrasi diulas pada sub bab tiga.  Sedangkan sub bab yang terakhir mengetengahkan akibat-akibat dari interferensi dan integrasi
Bab 6 , alih kode dan campur kode dibicarakan di bab ini yang mencakup pengertian dari kode pada sub bab satu, pembahasan tentang alih kode pada sub bab dua, pada sub bab tiga dijelaskan mengenai faktor-faktor pemicu terjadinya alih kode, ulasan mengenai campur kode serta hal-hal yang melatarbelakanginya ada pada sub bab empat dan lima, sedangkan macam-macam wujud dari campur kode diuraiakan pada sub bab enam dan pada sub bab terakhir ada bagan alih kode dan campur kode.
Bab 7 membahas sikap bahasa.  Terdiri dari tiga sub bab yaitu, pengertian tentang sikap, sikap bahasa, sikap positif dan sikap negatif.  Bab ini menjelaskan bahwa sikap adalah “kesiapan beraksi” terhadap suatu keadaan yang merujuk pada sikap mental dan sikap perilaku.  Mengenai sikap bahasa dijelaskan dalam bab ini bahwa sikap bahasa merupakan peristiwa kejiwaan sehingga tidak dapat diamati secara langsung melainkan dapat diamati melalui perilaku berbahasa atau perilaku tutur. Masih menurut bab ini pula, sikap positif akan mendorong setiap penutur untuk sejauh mungkin mengurangi atau menghilangkan sama sekali warna bahasa daerah atau dialeknya.  Sebaliknya jika penutur tidak pernah berusaha mengurangi apalagi menghilangkan warna daerahnya maka sikap positif itu masih belum tapak dari padanya, meskipun penutur tersebut belum tentu mempunyai sikap negatif terhadap bahasa tersebut dan usaha pembakuannya.
Bab 8 adalah bab terakhir buku ini.  Bab ini membahas penerapan sosiolinguistik yang mencakup sosiolinguistik sebagai ilmu terapan, kebijaksanaan bahasa, perencanaan bahasa, pendidikan dan pengajaran bahasa.  Sebagai ilmu yang sifatnya interdisipliner sosiolinguistik diharapakan dapat memberikan sumbangannya terhadap pemecahan masalah-masalah seperti itu.  Peranan sosiolinguistik sebagai sarana bantu untuk turut memecahkan masalah-masalah kebahasaan dalam hubungannya dengan masalah-masalah luar bahasa merupakan ciri utama sosiolinguistik terapan.  Dalam sub bab dua dibicarakan mengenai kebijaksanaan bahasa.  Disitu dikatakan bahwa peranan kebijakan bahasa sangat penting dalam menetukan status atau kedudukan bahasa dalam suatu negara. 

2.  Kritik   
Secara garis besar, dari delapan bab yang ada di buku Sosiolinguistik Pengantar Awal karya Suwito ini, dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:

-          Bagian satu: berisi teori tentang konsep-konsep sosiolinguistik, sesuai dengan sifatnya sebagai pengantar
-          Bagian dua: berisi tentang problema tentang peristiwa sosiolinguistik terutama dalam hubungannya dengan masalah-masalah kebahasaan di Indonesia.

Dapat dikatakan bahwa buku ini singkat dan padat karena itu sangat sesuai untuk pemula atau sebagai pengantar.  Akan tetapi  sayang dalam buku ini masih terdapat beberapa kesalahan penulisan.  Untuk pengurutan bab per babnya sebaiknya dapat ditijau kembali. Antara teori dan problematika peristiwa sosiolinguistik yang dibahas terasa kurang berimbang. Dan hal yang paling patut ditanyakan adalah tidak adanya pembahasan   khusus mengenai Variasi bahasa, padahal hal ini paling banyak dibahas dan dibicarakan dalam sosiolinguistik.   Namun demikian buku ini nampak praktis dan ringkas sehingga mudah dipelajari dan patut menjadi pilihan untuk dipelajari. (Kurniawan, mahasiswa S2 Linguistik Deskriptif UNS)

















Related Articles:

6 comments:

  1. halo boleh saya tahu dmn anda mendapatkan buku Suwito tsb? Saya sudah mencari ke toko buku besar, kecil, dan toko buku bekas smp skrg tidak menemukannya. Saya butuh buku tsb untuk teori dalam skripsi saya. Saya sedikit terbantu dengan postingan dalam blog anda tetapi akan sangat terbantu jika saya membacanya sendiri dari buku Suwito. Terima kasih :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya juga sedang mencari buku suwito ini untuk referensi skripsi. Sudah ketemu kah kak? Bisa bagi info dimana bisa mendapatkan bukunya?

      Delete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Saya juga sedang mencari buku suwito ini, ada yang sudah dapat bukunya? Kalau sudah ada yang dapat belinya dimana ya? Mohon infonya
    Makasih

    ReplyDelete
  4. Saya juga sedang mencari buku suwito ini, ada yang sudah dapat bukunya? Kalau sudah ada yang dapat belinya dimana ya? Mohon infonya
    Makasih

    ReplyDelete
  5. dmn nih online gak ada
    udah 3 bln skripsi gk kela2 gara2 dosbing minta tunjuk buku nya ahhh

    ReplyDelete