SHOW

SELAMAT DATANG | SEMOGA SITUS INI BISA BERMANFAAT DAN MENGINSPIRASI

Dropdown Menu

Speech Levels: Pemilihan Bentuk Tingkat Tutur



Kaidah Pemilihan Bentuk Tingkat Tutur

Untuk memilih bentuk tingkat tutur, faktor sosial mitra tutur dan faktor situasi akan sangat dipertimbangkan oleh seorang penutur ketika sedang terjadi tuturan.  Menurut Fishman (1972:2-3) dalam Sasangka (2007:147), ada beberapa faktor sosial tersebut antara lain, jenis kelamin, umur, hubungan kekeluargaan, jabatan, pendidikan, pendapatan, tempat, waktu, topik, tujuan dan tingkat keakraban.  Adanya perbedaan dan persamaan faktor sosial antara penutur dan mitra tutur menyebabkan timbulnya hubungan simetris dan asimetris, akrab dan tidak akrab serta perpaduan keduanya menjadi simetris-akrab, simetris-tidak akrab, asimetris-akrab dan asimetris-tidak akrab.  Dalam penelitian kali ini hanya ditemukan tiga hubungan yang melibatkan PB dan P yaitu hubungan simetris-akrab, asimetris-tidak akrab, dan asimetris akrab
  1. Simetris – Akrab
Hubungan antara O1 dan O2 dikatakan simetris apabila keduanya memiliki faktor sosial yang sama sehingga hubungannya sejajar, sedangkan disebut akrab apabila terdapat keeratan  hubungan.  Kesimetrisan dan keakraban hubungan antara O1 dan O2 sangat mempengaruhi tingkat tutur yang digunakan dalam suatu percakapan.  Jika hubungan antara O1 dan O2 simetris dan akrab, tingkat tutur yang sering digunakan adalah ngoko, baik ngoko lugu - ngoko lugu atau ngoko alus – ngoko alus.  Dalam penelitian tingkat tutur bahasa Jawa pada program berita Kabar Awan, hubungan simetris – akrab hanya ditemukan satu ragam tingkat tutur ngoko yaitu penggunaan ngoko lugu - ngoko lugu seperti wacana (23) dan wacana (24).  Kedua wacana di bawah adalah tuturan antara PB1 dan PB2.  Tuturan bercetak miring adalah tuturan PB1.  Tuturan bercetak normal adalah tuturan PB2.  Sedangkan tuturan dalam kurung adalah tuturan yang dituturkan oleh PB1 dan PB2 secara bersamaan.

23. Iki eman banget Bu Tin saka Tipes wis sesambungan ning kepedhot… muga-muga mengko bisa sesambungan maneh Mas Heri… (he em…)
Iya… isih ana kabar-kabar liyane sing ndungkap Natal, daging glonggongan mratah iki mau… (he em..)
Lan iki pancen yen ariraya… tumapak ariraya akeh sing mbutuhake… lan diaturake maneh jeng Riri… (he.. eh…)
Kabar Awan TATV, 25 Desember 2008
Terjemahan

23. ’Ini sayang sekali Bu Tin dari Tipes sudah tersambung tapi terputus....mudah-mudahan nanti bisa tersambung lagi Mas Heri....(he em..)
Iya...masih ada kabar-kabar lainnya yang membahas Natal, daging glonggongan mratah iki mau...(he em...)
Dan ini memang kalau hari raya....menjelang hari raya banyak yang membutuhkan.....dan disampaikan lagi jeng Riri...(he..eh..)’
Kabar Awan TATV, 25 Desember 2008

24. Lha iki Pak Temon salah sijining PNS ing Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Karanganyar ya mas ya… ki ngakoni nek ora ana sing mbolos ya mas… he em…
Iya…  ning kaya ngapa he eh… absen iki mujudake ee.. sarat administrasi he eh… mestine yen kudune nggunakake absen jane ya diisi…  bener.. dadi supaya tertib ya mas ya… ho.. oh.. menghindari saling mencurigai ki mau ya…
Iki Bu Tin saka Tipes wis sesmbungan maneh mas Heri… diangkat…
Kabar Awan TATV, 25 Desember 2008

Terjemahan
24. ’Nah ini Pak Temon salah satu PNS di Dinas Pendiidkan dan Kebudayaan Karanganyar ya mas ya...ini mengakui kalau tidak ada yang membolos ya mas....he em..
Iya...tapi mengapa he  eh  absen ini wujud…ee..syarat administrasi  he eh..seharusnya kalau memang harus menggunakan absen ya diisi..benar...jadi supaya tertib ya mas ya...ho..o..menghindari saling mencurigai ini tadi ya...
Ini Bu Tin dari Tipes sudah tersambung lagi Mas Heri..dijawab’
Kabar Awan TATV, 25 Desember 2008


Tuturan dalam wacana (23) dan wacana (24) menunjukkan hubungan antara O1 dan O2 yang dalam hal ini adalah PB1 dan PB2 simetris dan akrab. Kesimetrisan hubungan antara PB1 dan PB2 dapat dilihat dari kesamaan pekerjaan keduanya yaitu sebagai penyiar di  satasiun televisi yang sama sehingga dapat dikatakan sejajar.  Sedangkan hubungan antara PB1 dan PB2 dikatakan erat atau akrab karena keduanya adalah rekan kerja sehingga intensitas pertemuan keduanya cukup tinggi dan dimungkinkan terjadi keeratan hubungan antara PB1 dan PB2.  Oleh sebab itu tuturan yang digunakan keduanya adalah bentuk ngoko yaitu ragam ngoko lugu.  Ini berarti PB1 menggunakan ngoko lugu kepada PB2 dan PB2 juga menggunakan ngoko lugu kepada PB1. 
Selain ragam tingkat tutur ngoko lugu – ngoko lugu, dalam hubungan simetris-akrab antara PB1 dan PB2, juga ditemukan tuturan ngoko lugu berpasangan dengan  ngoko alus yang sebenarnya kurang sesuai dengan kaidah yang sudah ada selama ini yaitu tuturan ngoko lugu berpasangan dengan ngoko lugu dan ngoko alus berpasangan dengan ngoko alus.  Untuk lebih jelasnya perhatikan tuturan dalam wacana (25) di bawah ini.
25. Iki mau emane Pak Narno mungkasi Kabar Awan dina iki jeng… ya awake dhewe ngaturake agunge panuwun marang kabeh pamirsa kang wus manunggal nyawiji marang… e.. Kabar Awan…
Kabar Awan TATV, 26 Desember 2008
           
Terjemahan
25. Ini sayang sekali Pak Narno mengakhiri Kabar Awan hari ini Jeng….ya kita ucapkan terima kasih banyak kepada seluruh pemirsa yang sudah menyimak dan setia kepada Kabar Awan….
Kabar Awan TATV, 26 Desember 2008

Dalam tuturan di atas, PB2 (tuturan bercetak normal) menggunakan ragam ngoko lugu karena semua leksikon yang terdapat di dalamnya adalah jenis leksikon ngoko dan netral.  Sedangkan PB1 (tuturan bercetak miring) menggunakan ragam ngoko alus.  Itu dapat dibuktikan dengan munculnya leksikon krama inggil ngaturke ’menyampaikan’ diantara leksikon ngoko dan leksokon netral.  Fenomena tersebut dapat dijelaskan dengan alasan hadirnya O3 yang dalam hal ini adalah pemirsa Kabar Awan, walaupun sebenarnya O3 di sini tidak terlibat secara langsung  dalam suatu percakapan.  Akan tetapi adanya unsur sapaan kepada pemirsa menyebabkan munculnya leksikon krama inggil sebagai alasan penghormatan kepada pemirsa.  Inilah yang menyebabakan tuturan antara PB1 dan PB2 menjadi ngoko lugu – ngoko alus. 

  1. Asimetris – Tidak Akrab
              
Hubungan asimetris atau tidak sejajar dan hubungan tidak akrab antara O1 dan O2 akan menghasilkan tuturan krama alus - krama alus seperti yang tampak dalam wacana di bawah ini.  PB, baik PB1 maupun PB2 berposisi sebagai O1 karena tidak terjadi komunikasi antarPB,yaitu PB1 dan PB2.  Kedua-duanya bekomunikasi dengan O2 yaitu P.  Tuturan bercetak normal adalah tuturan PB1, tuturan bercetak miring dalam kurung adalah tuturan PB2, sedangkan tuturan bergaris bawah adalah tuturan P.
26. Hallo wilujeng siyang Pak Temon
Inggih wilujeng siyang mbak… (inggih…)
Wonten pundi Bapak…?
Inggih pangapunten sak derengipun…  (inggih…) kula… nanggapi ingkang PNS (inggih… nyuwun pangapunten Pak Temon punika saking pundi nggih…?)
Saking Karanganyar… (saking Karanganyar…inggih kados pundi menggah panjenengan Pak Temon..?)
Kabar Awan TATV, 25 Desember 2008

Terjemahan
26    ’Hallo selamat siang Pak Temon....
Iya selamat siang mbak....(iya)
Ada dimana ini Bapak...?
Iya maaf sebelumnya...(iya..)  saya ...mau menanggapi yang PNS. (Iya..mohon maaf Pak Temon ini dari mana ya...?)
Dari Karanganyar...(saking Karanganyar...iya bagaimana menurut Pak Temon...?)’
Kabar Awan TATV, 25 Desember 2008

Hubungan antara PB dan P adalah asimetris tidak akrab.  Hubungan antara P dan PB dapat dianalogikan sebagai tamu dan tuan rumah.  Tamu adalah P dan tuan rumah adalah PB.  Adanya ungkapan di masyarakat yang menyatakan bahwa tamu adalah raja, menempatkan posisi P di atas PB yang artinya P berkedudukan lebih tinggi dari pada PB sehingga PB selaku penutur berusaha menghormati P selaku mitra tutur dengan menggunakan bahasa yang halus dengan cara memilih leksikon krama dan memasukkan leksikon krama inggil dalam tuturannya untuk menghormati dan meninggikan P.  
Hubungan antara P dan PB bersifat asimetris atau tidak sejajar karena P dianggap memiliki posisi lebih tinggi dari PB.  Faktor lain juga dapat mempengaruhi pemilihan bentuk tingkat tutur.  Faktor yang dimaksud adalah faktor keakraban.  Karena komunikasi antara Pdan PB terjalin melalui telepon tanpa tatap muka, maka dapat disimpulkan antara P dan PB memiliki tingakat keakraban yang rendah atau bahkan tidak akrab.  Karena hubungan antara P dan PB dalam  tuturan wacana bersifat asimetris - tidak akrab maka keduanya menggunakan tuturan ragam krama alus, artinya PB menggunakan krama alus kepada P dan P menggunakan krama alus kepada PB

  1. Asimetris – Akrab
Apabila hubungan antara O1 dan O2 tidak sejajar atau asimetris tetapi hubungan keduanya akrab, pada umumnya akan menggunakan tingkat tutur ngoko alus – krama alus, ngoko lugu – ngoko alus, krama lugu – krama lugu, dan ngoko lugu – krama lugu.  Kaidah tersebut agaknya tidak berlaku pada wacana (27) di bawah ini. 
27.Wilujeng siang mbak ayu… (inggih…) (bapak badhe ngersakaken kabar nomer pinten pak…?)
Nomer niku… nomer tiga nggih mbak.. (nomer tiga, revisi perda ngawekani daging glonggongan nggih pak…?)
Kabar Awan TATV, 26 Desember 2008

Terjemahan
27    ’Selamat siang mbak cantik…(iya...) (bapak menginginkan berita nomer berapa Pak...?)
Nomer itu....nomer tiga ya mbak....(nomer tiga, revisi perda tentang daging glonggongan ya pak...?)
Kabar Awan TATV, 26 Desember 2008

Tuturan dalam wacana (27) adalah tuturan antara PB dan P.  Tuturan bergaris bawah dituturkan oleh P, sedangkan tuturan bercetak miring dan tuturan bercetak normal dalam kurung adalah tuturan PB.   Berbeda dengan kaidah yang berlaku dalam hubungan asimetris – akrab yang sudah disebutkan diatas,  tuturan antara P dan PB menggunakan tuturan krama lugu - krama alus.  P menggunakan krama lugu kepada PB dan PB menggunakan krama alus kepada P.  PB menggunakan krama alus karena PB sangat menghormati P sebagai tamunya.  P menggunakan krama lugu karena merasa sudah akrab dengan PB.  Kemunculan PB yang hampir setiap hari di televisi menjadiakn PB sebagai orang yang tidak asing lagi bagi P, jadi P dapat menganggap kalau dirinya sudah mengenal, sehingga ketika berkomunikasi seolah-olah dirinya berkomunikasi dengan orang yang sudah diakrabinya hal itu dapat dilihat pada wacana (27) khususnya ketika P menyapa PB dengan Wilujeng siang mbak ayu....’Selamat siang mbak yang cantik’ sapaan seperti itu tidak sesuai jika ditujukan kepada orang yang tidak diakrabi.  P menggunakan sapaan itu karena dia merasa sudah akrab.  Akan tetapi keakraban di sini hanya dapat dilihat dari satu sisi yaitu dari sisi P saja, sebab hal ini sangat berbeda apabila dilihat dari sudut pandang PB. Walaupun setiap hari PB menyapa pemirsanya, PB tidak dapat melihat atau mendengar pemirsanya secara audio visual.  Sehingga tidak memungkinkan bagi PB untuk merasa akrab dengan pemirsanya. Tuturan dalam wacana di atas bersifat asimetris – akrab dengan tuturan krama lugu – krama alus jika diamati dari sudut pandang P.



Related Articles:

No comments:

Post a Comment